Minggu, 18 Maret 2012

pendekatan komunikatif pembelajaran bahasa arab


PENDEKATAN KOMUNIKATIF

Makalah ini disusun untuk memenuhi
Tugas mata kuliah: Model-model pengajaran kemahiran bahasa arab
Dosen Pengampu: Muhajir, M. Pdi
 








Disusun oleh:
Niken Dwi Rahmawati (10420025)
Harumalia Kamasita (10420026)
Yuniar Eka R (10420038)
Eka Rahmawati (104200

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012


PENDEKATAN KOMUNIKATIF
A.    Model-model komunikasi
Konsep-konsep yang merupakan inti dari pendekatan komunikasi merupakan konsep itu sendiri, tergantung pemahaman yang sesuai dari pendekatan komunikasi untuk mendefinisikan komunikasi dan untuk memperjelas komponen yang didasarkan pada pendekatan komunikasi.. Semua itu memberikan pengertian yang banyak tentang komunikasi, tetapi pengertian-pengertian tersebut hampir sama. Semuanya membahas tentang proses komunikasi. Bagaimana menyempurnakan proses komunikasi?
Model-model komunikasi menurut Dr. Husain Thoubaji, dapat dilihat dari gambar berikut ini:
Penerima
  Media
Sumber/ komunikator
Menerima
simbol
Menyusun simbol
Pembaca
pendengara
pembicara
penulis
 












Apa yang dipahami dari model ini? kita memahami komunikasi antara seseorang dengan orang lain meliputi proses kebiasaan yaitu, berasal dari komunikasi yang kuat. Perintah diawali dari ide yang ingin ditransfer seseorang kepada orang lain, adanya ide didalam akal manusia dan bersatunya dengan orang lainnya untuk sekedar menerjamaahkannya atau sesuai keinginan ekspresi tentangnya itu untuk menginformasikannya kepada orang lain, atau mengubah kecenderungan atau pengembangan pendirian mereka, atau selain itu ada tujuan yang diharapkan seseorang melalui komunikasi dengan orang lain. Penggabungan ide ke bagian lainnya akan mengikutinya yang membahas tentang kalimat-kalimat dan susunan untuk mencurahkan isi didalamnya. Setelah seseorang  memilih itu dari file kebahasaan yang terkumpul dari kosakata-kosakata yang sesuai kadar, kemudian mencari urutan suara bahasa tersebut menurut yang diperlukan kosakata ini dari suara-suara atau bentuk penunjukkan suara itu, seperti, mendung (berkabut) mencerminkan sesuatu yang dimaksudkannya. Setiap masuk ke wilayah (ruang lingkup) simbol bangunan baik dari kadar ide ataupun baik dari bentuknya. (metode kerja bahasa) yaitu tingkatan yang disebut dengan menerima symbol.
Setelah itu akan dibahas tentang salah satu dari dua metode : adapun yang memindahkan pesan melalui lisan atau melalui komunikasi antara seseorang dengan yang lainnya, maka komunikator disini menjadi pembicara dan apabila pengiriman pesan melalui lembaran maka komunikator di sini menjadi penulis. Ketika kita berbicara tentang ujung pertama dari ujung proses komunikasi itu adalah pengirim atau komunikator. Dan jika dipindah pada ujung akhir, maka itu adalah penerima. Dan kita menemukan proses komunikasi yang dimulai dengan symbol yang dipindah oleh komunikator melalui chanel.
Dimasa modern orang yang mendengar pesan maka disebut pendengar, sedangkan yang menerima pesan melalui lembaran maka disebut pembaca. Berikut ini adalah model proses komunikasi yang digambarkan oleh Carrol:

      Interpretation ßdecoding ß message ß encoding ß intention (gagasan)
       (pemahaman)       (menerima    (pesan)      (menyusun   
                                     Symbol)                        symbol)  

Setelah kita mengamati proses komunikasi tersebut maka kita akan bisa menentukan tentang komponen, syarat, posisi dari proses komunikasi tersebut. Dan sebelum kita membahas tentang itu maka kita akan membahas tentang konsep kimunikasi.
B.    Konsep komunikasi
Istilah komunikasi (communication) bersumber dari kata Latin Communicatio, dan bersumber dari kata Communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Dalam prosesnya, minimal komunikasi berlangsung apabila ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Dikatakan minimal karena kegiatan kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan lain-lain. (Effendy, 2001:9)
Banyak pakar komunikasi memahami dan mendefinisikan komunikasi dari berbagai perspektif. Berbagai pemaknaan tentang komunikasi hingga saat ini terus berlangsung dan berkembang. Dari sekian banyak pandangan atau arti komunikasi yang lebih populer, komunikasi dimaknai sebagai proses, peristiwa dan transaksi simbolis. Bahkan, komunikasi dimaknai sebagai fenomena masyarakat yang tidak bisa dihindari. (Dilla, 2007:16). Menurut Mulyana (2005:61-69), setidaknya ada tiga kerangka pemahaman mengenai komunikasi yakni :
  1.     Komunikasi sebagai tindakan satu arah.
Definisi ini mengisyaratkan komunikasi sebagai semua kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respon orang lain. Pandangan ini menekankan variabel-variabel tertentu seperti isi pesan, cara pesan disampaikan dan daya bujuknya.
2.        Komunikasi sebagai interaksi.
Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau non verbal, seseorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal dan non verbal. Salah satu unsur yang ditambahkan dalam konseptualisasi ini adalah umpan balik (feed back), yakniapa yang disampaikan penerima pesan kepada sumber pesan, yang sekaligus digunakan sumber pesan sebagai petunjuk mengenai efektivitas pesan yang ia sampaikan sebelumnya.
3.        Komunikasi sebagai transaksi.
Dalam konteks ini komunikasi adalah suatu proses personal karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Pandangan ini mengisyaratkan bahwa komunikasi pada dasarnya adalah suatu proses dinamis yang secara sinambung mengubah pihak-pihak yang berkomunikasi. Orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan. Setiap pihak dianggap sumber sekaligus juga penerima pesan. Setiap saat mereka bertukar pesan verbal dan non verbal.


C.  Unsur-unsur/ komponen komunikasi
Seperti perkataan para ahli sebelumya, komunikasi merupakan kumpulan proses pendekatan yang memiliki empat unsure (komponen), diantaranya adalah:
1. Pesan
Apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan kepada penerima(komunikan),dari sumber atau komunikator atau isi informasi.Merupakan seperangkat symbol verbal/non verbal yang mewakili perasaan,nilai,gagasan/maksud sumber tadi. Ada 3 komponen pesan yaitu makna,symbol untuk menyampaikan makna,dan bentuk/organisasi pesan.

2. Komunikator
Sumber/komunikator adalah pelaku utama/pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi,bisa seorang individu,kelompok,organisasi,maupun suatu negara sebagai komunikator.
3. Media
Wahana/alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator(sumber) kepada komunikan(penerima) baik secara langsung(tatap muka),maupun tidak langsung(melalui media cetak/elektronik dll).
4.     Receiver/ penerima
Orang/kelompok/organisasi/suatu negara yang menerima pesan dari sumber.
D. Syarat-syarat proses komunikasi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya tentang komponen proses komunikasi, kita bisa  menentukan syarat-syarat dari unsur-unsur komunikasi.
Dan yang dimaksud dari unsur-unsur komunikasi adalah  sekumpulan syarat-syarat yang menjelaskan tentang asas-asas dalam keberhasilan proses  komunikasi.
1.   Dari segi pesan
a.      Ide-idenya harus logis
b.     Ketepatan kosakata dalam pengungkapan ide-ide
c.      Keserdehanaan susunan bahasa
d.     Sedikit simbolnya
e.      Sesuai dengan dengan ukuran, tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek
f.      Dengan bahasa yg benar
g.     Menggunakan konsep yang jelas
2.     Dari segi  komunikator
a.      Kejelasan ide dalam pikirannya
b.     Pemahaman tentang sesuatu yang akan disampaikannya
c.      Kemampuan dalam  memilih kata-kata yang cocok
d.     Jelas suarannya dalam berbicara
e.      Persiapan dalam pengungkapan
f.      Memberikan contoh yang membuat  pesan tersebut jelas
3.     Dari segi Media
a.      Ketepatan dalam memindahkan suara
b.     Cetakannya jelas
c.      Cetakannya tepat dan sedikit kesalahan
d.     Memiliki daya tarik luar

4.     Dari segi  Penerima
a.      Indranya bagus dalam menerima pesan
b.       Kemampuan dalam menerima simbol yang sampai padanya.
c.        Pengetahuan bahasa yang dimilikinya dalam menerima pesan
d.       Pengalamannya tentang tema dari pesan tersebut
e.        Pengetahuan tentang komunikator dalam percakapan dan penulisannya
f.        Sebuah kecenderungan untuk topic dan pikiran-pikirannya
g.       Memahami konsep dirinya dan konsep orang lain

E. Kemahiran komunikasi dalam berbahasa
     Di model-model yang telah disebutkan telah dijelaskan bahwa kemahiran dasar komunikasi berbahasa mempunyai empat  unsur diantaranya adalah:
1.     Listening (menyimak)
2.     Speking (berbicara)
3.     Reading (membaca)
4.     Writing (menulis)
Dan diantara kemahiran-kemahiran tersebut mempunyai hubungan, yang dijelaskan pada gambar berikut ini:

             menyimak
                                                      1)
   3)
                       berbicara
                           
                   membaca     
             4)
                                                          2)
                      menulis
Keterangan:
 1) Menyimak dan berbicara: Mengumpulkan suara jika dimisalkan keduanya termasuk keterampilan bunyi yang membutuhkan manusia untuk disampaikan pada orang lain. membaca dan menulis
2)Membaca dan menulis:  Keduanya digunakan untuk mengatasi batas-batas waktu dan tempat yang jauh ketika berkomunikasi dengan lainnya.
3) Menyimak dan membaca merupakan yang terpenting dari sumber berita, keduanya merupakan kemahiran menerima. Tidak ada pilihan bagi individu  didepannya dalam menyusun bahasa atau untuk  komunikasi dengannya. Dan dua kemahiran ini adalah untuk menerima symbol.
4) Berbicara dan menulis  adalah kemahiran untuk menyusun symbol, karena didalamnya ada kemahiran pengiriman pesan dan dua kemahiran tersebut dinamai  kemahiran dalam memproduksi dan berkreatifitas. Seseorang yang mempunyai dua kemahiran ini mempengaruhi orang lain yaitu prndengar dan pembaca. Orang yang memiliki kemahiran lebih dalam berbicara dan menulis lebih sedikit dari pada yang mempunyai kemahiran dalam mendengar dan membaca. Maka kemampuan pemahaman individu itu lebih luas dari pada kemampuan penggunaan bahasa.
F. Bidang-bidang  komunikasi dalam berbahasa
Yang dimaksud dengan bidang-bidang komunikasi berbahasa adalah sekumpulan kegiatan yang membutuhkan individu didalamnya untuk menggunakan bahasa, dan setiap individu, kehidupan yang dijalani dan karakteristik dari individu tersebut, sedikitnya waktu yang dijalani dalam berkomunikasi,
Dengan memahami fakta-fakta tersebut ada beberapa bidang untuk komunikasi dalam berbahasa, maka Rivers W dan Temperly menyimpulkan ada beberapa bidang dalam komunikasi berbahasa diantaranya adalah:

1.     Pembentukan hubungan sosial atau sebaliknya
2.     Ekspresi individu tentang tanggapan terhadap sesuatu
3.     Merumuskan masalah
4.     Meminta keterangan dan memberi
5.     Pengajaran metode
6.     Percakapan dengan telepon
7.     Penyelesaian masalah
8.     Berdiskusi atau bertukar pikiran
9.     Permainan dengan bahasa
10.  Pencapaian prestasi individu
11.  Partisipasi

Dengan setiap bidang-bidang tersebut dengan pola bahasa yang cocok memilliki suara, kosakata, susunannya, serta konteks budaya yang luas

G.   Komunikasi berbahasa di kelas
Bidang komunikasi berbahasa pada hakikatnya adalah mengharuskan keaktifan  kegiatan bahasa dalam kelas. Dan wajib bagi para guru memberikan kesempatan yang membuat pengajaran bahasa arab untuk pengguna bahasa yang lain adalah proses yang hidup, bukan hanya mengajarkan qowa’id atau menghafalkan kalimat. Dan  hakikat dari komunikasi di kelas adalah belajar dan berlatih seperti latihan di kolam renang sebelum berenang di laut.
 Dan bisa dipahami disini pembelajaran komunikasi yang sebenarnya tidak bisa terjadi apabila bukan dilakukan oleh penutur asli, hal tersebut di karenakan ada 2 pertimbangan:
Yang pertama, karena banyak dari guru-guru bahasa arab di negara non arab bukan penutur asli (native speaker). Mereka menggunakan bahasa istilahi “guru  nasional”, dan kemampuan komunikasi mereka dalam berbahasa arab lebih sedikit dibanding dengan kemampuan penutur asli (native speaker). Dan penutur asli memiliki rasa berbahasa  dan pemahaman yang dalam dalam penggunaan bahasa dan banyak lagi yang tidak dipunyai oleh guru yang bukan penutur asli.
Yang kedua, karena komunikasi berbahasa diantara dua tembok kelas hanya bertujuan mentransfer atau memindahkan arti yang sebenarnya diantara para siswa atau juga saling bertukar berita berbahasa arab dan kemampuan dalam melatih mereka, atau latihan untuk menyiapkan siswa untuk komunikasi ketika hidup setelah itu, dan siswa menghafalkan sebagian kalimat dan susunannya yang digambarkan oleh para guru, bahwa itu penting bagi mereka.
Dan mungkin ada beberapa kesempatan yang menyimpulkan bahwa ada 3 fakta yang membahas tentang kedudukan bahasa dakam teori komunikasi dan langkah-langkah pengajaranya dikelas.
1.Efektivitas komunikasi dengan bahasa arab mencakup setiap bentuk yang berhubungan dengan bahasa dan kebudayaan, diantara bahasa dan masyarakat, komunikasi tidak terjadi di tempat yang kosong tetapi terjadi diantara orang dan di konteks sosial yang tertentu. Dan mungkin salah satu sebab tidak adanya efektivitas komunikasi adalah karena perbedaan budaya diantara ujung komunikasi, dan keduanya ada perbedaan dari yang lain, dan untuk guru harus memperjelas hubungan pengajaran bahasa arabnya untuk penutur bahasa lain.
2.Perolehan kemampuan efesiensi komunikasi antara penutur asli (native speaker)  dan yang bukan penutur asli adalah proses yang berjalan bertahap sesuai dengan tingkatan dan setiap tingkat individu memperoleh sesuatu, dan perolehan tersebut tidak diperoleh melalui kontrol yang lengkap dari bahasa, dan tidak ada yang memilikinya meskipun di tingkatan pendekatan yang didalamnya ada proses  benar dan salah, dan disini dapat diungkapkan kesalahan bahasa yang menandai kurangnya kemampuan pendekatan dari metode tersebut.
3.Perolehan kemampuan untuk ber komunikasi  secara efisien juga tidak sempurna tanpa adanya  proses mental.
H. Sejarah pendekatan komunikasi
A.P. Howatt kembali menyerukan tentang pengajaran bahasa dari sudut pandang komunikasi sampai abad ke 17 ketika ditulis oleh John Locke dalam pengajaran bahasa berkata: “Manusia  belajar bahasa untuk bergaul dengan masyarakat dan menyatakan komunikasi” (dan disini John Locke menyebutkan tentang hakikat kata komunikasi tersebut)  diantara hidup tanpa perencanaan atau pengaturan maksud yang telah disebutkan untuk penggunaan bahasa. Dan oleh karena itu maka strategi yang di gunakan  adalah yang asli untuk pengajaran bahasa dan disempurnakan dengan percakapan. Semua itu dilakukan agar pengajaran efektif, tepat, dan natural (tidak dibuat-buat).
Dan telah disebutkan tentang beberapa istilah, seperti: komunikasi, strategi asli atau yang sebenarnya, percakapan dan pembelajaran yang natural, dan istilah-istilah tersebut lebih familiar di pendekatan komunikatif di masa sekarang ini. Dan dapat dirasakan disini bahwa bahasa adalah difungsikan untuk komunikasi, bergaul dengan masyarakat, dan seiring berjalannya waktu sampai pada abad ke 19 (tahun 1864 ). Dan dimasa ini  ditemukan beberapa metode pengajaran bahasa dengan strategi komunikasi.yang telah menjadi perhatian para guru yang pindah ke Amerika, dan telah diambil metode-metode ini seperti yang telah di ungkapkan Howatt beberapa metode, diantaranya adalah:
1)     Metode natural
2)     Metode percakapan
3)     Metode langsung
4)     Metode komunikasi
Walaupun metode-metode tersebut mempunyai namanya yang bermacam-macam, dengan perbedaan strateginya, tindakan kelas didalamnya, tetapi filsafat yang mendasari didalamnya menjadi satu yaitu pengajaran bahasa dengan bentuk komunikasi.
Dan filsafat (pemikiran) ini yang memberikan kecenderungan dalam pengajaran bahasa, dengan adanya kecenderungan tersebut mungkin yang menyebabkan adanya kritik dari Bloomfield 1942 tentang strategi untuk pengajaran bahasa asing di Amerika, belum ada bantuan dalam pembelajaran  untuk sampai pada bahasa, maka Bloomfield berkata: “sebuah buku belum bagus, para guru belum lengkap memiliki kemahiran bahasa asing apabila siswa setelah 2 tahun, 3 tahun,  atau 4 tahun dari pembelajaran bahasa asing belum mampu untuk menggunakan bahasa tersebut, atau memfungsikan apa yang dipelajarinya.
Dan telah diperhatikan meskipun ada jarak antara istilah seperti komunikasi, belajar karir, metode natural, strategi asli, metode langsung, percakapan. Mereka berkata meskipun ada perbedaan pemahaman itu merupakan inti dari pendekatan komunikatif. Adapun berpikiran sistematis tentang pendekatan komunikatif dan perolehannya dari strategi yang aktif berdasarkan tempat yang ditentukan, dan diambil dari tindakan yang terbatas di kelas, dan belum dimulai semua itu kecuali sebelum tahun-tahun  dari abad ke 20 ketika mulainya ahli bahasa di inggris mengkritik tentang strategi pengajaran bahasa dalam berbagai situasi, berbarengan dengan kritik yang serupa di Amerika yang tertuju untuk metode menyimak dan berbicara. Dan dari sini ahli bahasa dari Inggris  menyampaikan pikiran tentang  fungsi and potensi komunikasi dalam bahasa dan kebutuhan untuk penguasaan komunikasi.
Dan muncul setelah  itu, seperti yang telah diungkapkan oleh Richard Rogers tentang kebutuhan untuk pengajaran bahasa negara yang resmi kepada  pasar umum eropa, dan juga kepada dewan di Eropa, dan di tahun 1971 berkumpulah sekelompok pakar mulai mencari kemungkinan pengembangan pembelajaran bahasa dalam suatu system kredit.  Yakni, sebuah system yang tugas-tugas pembelajarannya dipecah-pecah dalam bagian-bagian atau unit-unit.setiap unit berhubungan dengan salah satu komponen kebutuhan anak didik dan secara sistematis dikaitkan dengan semua bagian lainnya. Sumbangan utama Wilkins adalah sebuah analisis terhadap makna komunikatif yang perlu dipahami dan dikuasai oleh anak didik. Wilkins tidak menjabarkan inti bahasa melalui konsep-konsep tradisional tentang tata bahasa dan kosa kata, melainkan dengan upaya mendemonstrasikan system makna yang mendasari penggunaan bahasa secara komunikatif. Wilkins menggunakan istilah notion (bahasa inggris) yang diturunkan dari bahasa latin noscere yang berarti “tahu,mengetahui”. Pengertian notion merujuk kepada makna yang diungkapkan lewat bentuk-bentuk linguistic, misalnya waktu, hubungan waktu, tempat, hubungan tempat, kemungkinan dan kemungkinan besar, maksud dan tujuan. Dia kemudian mengelompokkan notion kedalam dua tipe, yakni:
1.   Kategori semantiko-gramatikal yang mencakup pikiran waktu, jumlah, tempat, modalitas, peyakinan, pernyataan perasaan personal dan pernyataan hubungan.
2.   Kategori fungsi komunikatif yang menyatakan tujuan sosial dari tutur, seperti permintaan, penolakan, penawaran dan keluhan.

Wilkins kemudian merevisi dan melengkapi dokumen tahun 1972 nya, sehingga tersusun buku yang  berjudul national syllabuses (1976). Buku tersebut memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan pendekatan komunikatif. Dewan Eropa memadukan analisis semantic atau komunikatifnya ke dalam seperangkat spesifikasi bagi silabus bahasa komunikatif tingkat pertama. Spesifikasi tingkat awal ini memliki pengaruh besar terhadap rancangan program bahasa komunikatif dan buku teks di Eropa.
Karya-karya Dewan Eropa, tulisan-tulisan Wilkins, Winddowson,  Candlin, Brumfit,  Keith Johnson,  dan linguis terapan Inggris lainnya tentang basis teoritis pendekatan komunikatif terhadap pembelajaran bahasa, penerapan yang cepat untuk gagasan ini oleh para penulis buku teks, penerimaan yang sama cepat untuk prinsip-prinsip baru ini oleh para spesialis pembelajaran bahasa, pusat-pusat pengembangan kurikulum dan bahkan pemerintah inggris, telah membuka kesemapatan luas, baik secara nasional maupun internasional, untuk pendekatan komunikatif. Sekalipun pada mulanya gerakan ini merupakan inovasi di Inggris yang menitikberatkan konsepsi-konsepsi alternative sebuah silabus, namun sejak pertengahan tahun 70 an cakupan pendekatan komunikatif telah meluas.
Para pendukung dari Inggris dan Amerika kini sama-sama melihatnya sebagai suatu pendekatan yang bertujuan untuk :
a.  Mengembangkan kompetensi komunikatif
b.   Pengembangan prosedur pembelajaran keempat ketrampilan berbahasa yang mengakui saling ketergantungan antar bahasa dan komunikasi. Tujuan terakhir ini tampaknya berkembang lebih jauh dimana pendekatan komunikatif saat ini mengakui bahwa ketrampilan berbahasa tidak hanya terdiri dari empat ketrampilan, tetapi mencakup beberapa kemampuan dalam kerangka komunikatif yang luas sesuai dengan peran partisipan, situasi , dan tujuan interaksi.

I. Hubungan antara pendekatan dan metode
            Setelah munculnya ide tentang pengajaran dengan bentuk komunikasi, maka  muncullah beberapa istilah, seperti: komunikasi, fungsi, dsb. Dan muncul sebuah pertanyaan: apakaah strategi untuk pengajaran bahasa ini disebut dengan pendekatan atau lainnya?
            Dan sebelum menentukan tujuan maka harus dibatasi tentang maksud dari ketiga istilah dasar di pengajaran bahasa tersebut: yang pertama adalah pendekatan, metode, dan tindakan.
            Dan mungkin istilah-istilah tersebut dapat dibedakan seperti berikut ini:
   -Pendekatan dapat diartikan sebagi titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, seperti gambaran tentang pengertian bahasa dan filsafat tentang pengajarannya, pandangan tentang karekter manusia, dan peserta didik.
   -Metode dapat diartikan sebagai kumpulan strategi atau cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaranya.
   -Tindakan dapat diartikan sebagi strategi yang yang mengartikan metode menjadi alat, yang membahas tentang apa yang dilakukan guru di kelas, atau tentang  persiapan materi untuk mengajar, persiapan media, atau juga perlengkapan untuk evaluasi.

            Metode adalah seperti lampu yang ditata menjadi sejumlah komponen dasar (Rasyid Ahmad Ta’imah). Richards, J.C.T. Rodgers berpendapat bahwa pengajaran bahasa dalam komunikasi adalah pendekatan dan bukan metode. Dayyan Fairman  juga berpendapat bahwa itu juga merupakan pendekatan, itu karena komunikasi merupakan proses dasar.
            Crystal  membahas tentang pengertian bahasa dari pendekatan komunikasi,  dan membahas tentang seluk-beluknya, dan di masa  ini juga dibahas kompetensi komunikasi. Tetapi di bagian terakhir juga dijelaskan bahwa itu adalah metode komunikasi, dan bukan hanya pendekatan. Dan kemudian Crystal memperkenalkan tentang istilah metode-metode yang berdasarkan komunikasi, diantaranya adalah:
1.     Metode sugesti (sugestopedia)
2.     Metode guru diam (the silent way)
3.     Belajar bahasa dengan berkelompok
4.     Pendalaman dalam praktek berbicara
5.      Total psychical response














Kompetensi Komunikasi dan bahasa
Kompetensi komunikasi
Pada konteks di masa kini dari pendekatan komunikasi yang jauh berbeda diantara beberapa pendekatan-pendekatan mengenai pembelajaran bahasa asing yang masing-masing dapat dipahami oleh penerima yang lain. Salah satu diantaranya adalah istilah kompetensi bahasa (Linguistic Competence) dan yang kedua adalah istilah kompetensi komunikatif (communicative competence). Supaya lebih jelas perbedaan diantara keduanya, sebaiknya dijabarkan pengertian-pengertian untuk memahami kompetensi komunikasi.
Pertama kali istilah ini dipakai oleh Dell Hymes, akan tetapi dicetuskannya pada pembelajaran dengan judul “On Communicative Competence”, yang telah dijelaskan di buku ilmu bahasa asing (sosiolinguistic). Hal ini kemudian direvisi oleh J.B. Pride and J. Holmes (1972).
Dell Hymes menggunakan istilah ini cenderung untuk memahami kompetensi yang telah dijelaskan oleh Tsomisky yang diuraikan di depan mengenai pemahaman kinerja pengucapan (performance).
Kemudian mengenai istilah ini, menurut pandangan Hymes adalah fokus pada kemampuan untuk memindahkan pesan atau sampainya makna atau arti tertentu. Dan kumpulan kemampuan-kemampuan antara pengetahuan kaidah-kaidah bahasa dan antara kaidah-kaidah bersosialisasi dalam proses berinteraksi dengan beberapa individu.
Kedua pandangan di atas oleh Hymes di ganti lagi, menurutnya untuk kompetensi komunikatif adalah: kompetensi yang dimiliki oleh setiap penutur bahasa yang digunakan untuk percakapan, atau penggunaan bahasa secara spontan ketika berkomunikasi. Dan perkiraan mengenai bentuk yang tersusun pada proses bersosialisasi dan pada hubungan bermasyarakat. Pada dasarnya kompetensi  ini adalah dimana individu dapat mengetahui kapan waktunya dia harus berbicara (When), dan kapan seharusnya tidak berbicara (When not), apa yang dibicarakan (What), bersama siapa dia berbicara (With Whom), kapan (when), dimana (where) dengan menggunakan metode tertentu. (Stern, H.H, manner 56,P: 229).
Menurut Crystal, mengenai pengetahuan-pengetahuan berbahasa pada kompetensi komunikatif adalah yang memuat satu-satunya kaidah berbahasa untuk penggunaan yang telah tersusun pada posisi bersosialisasi. (Crystal,55,P: 417).
Istilah kompetensi komunikatif itu mencakup dua dasar pemahaman, yaitu: kesesuaian (Appropriateness) dan proses (Effectiveness). Adanya pesan yang tersusun untuk penerima, akan tetapi tidak adanya proses. Seperti contoh pengertian ini seharusnya merupakan sesuatu yang telah ditetapkan pada komponen penting komunikasi, adanya proses yang bukan hanya proses komunikasi saja.
Wiemen dan Rubin bersepakat mengenai kebutuhan untuk mencapai target dari komunikasi sehingga kompetensi komunikatif tersebut dapat dinilai cukup menurut masing-masing individu.
Wiemen tidak sependapat dengan Rubin mengenai campuran antara proses komunikasi dengan hasilnya.
Menurut Wiemen, bahwa kompetensi komunikatif itu adalah kemampuan masing-masing individu yang mempunyai keinginan untuk berinteraksi pada bentuk-bentuk perilaku komunikasi yang ada dalam rangka untuk mencapai tujuannya sehingga berhasil berkomunikasi dengan orang lain dan dipahami. Selama berinteraksi, mereka dibatasi oleh kerangka dan syarat posisi tertentu. (Elbashboshy, E.M. 34,P:16).
Pada keterangan ini, Sandra membenarkan bahwa kompetensi komunikatif dipahami melalui rangkuman atau ringkasan-ringkasan tertentu sebagai berikut:
1.     Bahwa kompetensi komunikasi dipahami secara dinamis bukan statis, maksudnya adalah komunikasi itu tergantung pada tingkat kemampuan individu dalam mengganti arti yang dipahami ketika berinteraksi dengan orang lain. Kemudian hubungan antar individu, atau adanya komunikasi antar individu (interpersonal).
2.     Bahwa kompetensi komunikasi mencakup bahasa ujaran dan bahasa tulisan, begitu juga aturan simbol yang berbeda.
3.     Kompetensi komunikasi dibatasi dengan beberapa konteks, antara lain komunikasi yang disesuaikan dengan budaya tempat tinggalnya atau mungkin dapat terjadi pada posisi yang tidak terbatas. Hal ini membutuhkan kemampuan untuk memilih behasa yang sesuai dengan gaya bahasa dalam posisi yang jelas.
4.     Ada perbedaan antara kompetensi pengucapan (performance), kompetensi itu adalah kemampuan yang harus ada performance (pengucapan) yang mendasari. Pada kemampuan ini merupakan performance yang digambarkan secara jelas dan tepat sasaran.
Pada dasarnya kompetensi adalah mengenai apa yang diketahui, sedangkan performance adalah apa yang dilakukan, yaitu segala sesuatu yang mungkin untuk diamati.
5.     Kompetensi komunikasi itu bersifat nisbi, bukan mutlak. Dari sini mungkin dibahas mengenai tingkatan bagi kompetensi komunikasi, tidak dari satu tingkatan saja. (Savignon, S. 53, PP). Akan tetapi apakah kompetensi komunikasi itu tidak dapat mencukupi pada semua bagian yang utuh? Atau dapat dipahami secara umum pada segala hal yang mendasari kompetensi-kompetensi yang lain?
Menurut Canale dan Swain mengenai empat macam kompetensi komunikasi tersebut adalah sebagai berikut:
1.     Kompetensi gramatikal (Grammatical Competence), mengetahui aturan-aturan bahasa dan kemampuan kompetensi penggunaanya.
2.     Kompetensi sosiolinguistik (Sosiolinguistic Competence), mengacu pada kemmapuan individu dalam memahami interaksi sosial melalui komunikasi. Termasuk hubungan antara peranan-peranan sosial yang berbeda dan kemampuan untuk bertukar informasi serta partisipasi sosial antar individu dengan yang lainnya.
3.     Kompetensi analisis wacana (Discourse Competence), mengacu pada kemampuan individu dalam menganalisis bentuk-bentuk modern. Dan komunikasi dengan memahami struktur berbicara serta memahami hubungan antara elemen-elemen dan cara mengungkapkan makna serta hubungan teks-teks secara keseluruhan.
4.     Kompetensi strategi (Strategic Competence), mengacu pada kemampuan individu dalam memilih gaya-gaya bahasa dan beberapa strategi yang sesuai untuk memulai suatu pembicaraan sampai akhir pembicaraannya, mempertahankan dengan cermat pada yang lainya. Pengalihan dengan jalan  modern dan selain itu juga merupakan strategi yang penting untuk menyempurnakan proses komunikasi.
Kemudian pendekatan komunikasi tidak hanya kemampuan untuk menyerap sistem bahasa, atau bahkan digunakan dengan bentuk yang mutlak (Absolute), akan tetapi kompetensi komunikasi merupakan proses berasama individu dan sosial. Dengan individu ketika berhubungan dengan gaya bahasa tertentu untuk individu dalam menghadapi situasi, dan interaksi sosial itu ketika berhubungan dengan hubungan komunikasi yang sempurna.
Pertanyaan yang muncul sekarang adalah apakah mungkin orang asing itu sampai pada tingkat penguasaan kompetensi komunikasi dalam bahasa arab dengan pemahaman yang telah kita beicarakan ini? Jika hal ini tidak mungkin, sampai sejauh mana dapat dilatih untuk memperolehnya?
Menurut Stern kompleksitas aturan dan kaidah bahasa menunjukkan pada kita behwa sering tidak mungkin untuk menguasai kompetensi komunikasi bagi setiap orang, kecuali jika orang-orang tersebut pengguna asli bahasa ini.
Kita telah membaca apa yang telah ditulis oleh Ibnu Kholdun sejak tahun 722 H, ketika mempertimbangkan minimnya koleksi bahasa yang dimiliki. Oleh karena itu untuk mempertahankan pendapatnya dengan menggunakan dasar-dasar penting tertentu, antara lain:
1.      Para pendatang asing yang memang mempunyai lisan arab, padahal mereka memiliki bahasa lain dan meraka dipaksa untuk mengucapkan dengan bahasa arab, dimulai dengan bentuk kata tunggal sampai dengan kalimat sempurna. Sehingga mereka yang dapat berbahasa arab hanyalah mereka yang memang merupakan orang campuran arab.
2.     Para pendatang asing datang pada wilayah orang yang memiliki lisan arab untuk mendapatkan kepemilikan bahasa itu dengan cara belajar melalui membaca buku-buku, pdahal hal itu tidak bisa menjadikan mereka dapat memiliki bahas itu (kompetensi komunikasi), tetapi mereka hanya mendapatkan aturan-aturannya saja (kompetensi bahasa).
3.     Apabila orang non arab datang untuk bisa memiliki bahasa arab dengan cara belajar berbicara bahasa arab, puisi dan prosa maka mereka akan bisa menguasai bahasa ini. Tetapi apabila dia mengurangi atau mencela bahasa arab, karene dirasa bahwa mereka mempunyai bahasa asli mereka, hal ini sangat menghambat untuk dapat menguasai bahasa yang baru (bahasa arab). Karena mereka membedakan bahasa arab dengan bahasa asli mereka sendiri.
Kemudian untuk orang asing yang mau belajar bahasa arab sebaik mungkin adalah dengan cara mengumpulkan bebrapa mufrodat dan tarkib. Konotasi-konotasi yang menggunakan fungsi tertentu dengan tingkatan yang lebih besar dari pada yang lain. Hal ini diambil dengan mempertimbangkan fakta-fakta bahwa orang asing ini biasanya bersedia mengubah ketidaksempurnaan yang banyak mengenai bahasa ini.
Kompetensi bahasa itu bukan merupakan tumpang tindih bahasa yang diberikan, tetapi yang dimaksudkan adalah untuk mempengaruhi pada bahasa-bahasa yang diperoleh oleh individu dalam pola bahasa yang pertama digunakan untuk memperoleh pola bahasa yang kedua.

Perbedaan antara kompetensi bahasa dan komunikasi
Sekarang saatnya yang tepat untuk menjelaskan tentang perbedaan kompetensi bahasa dengan kompetensi komunikasi.
Kita ketahui bahwa kompetensi bahasa adalah setiap individu dapat mengetahui aturan-aturan tentang bahasa, yang diterapkan tanpa butuh perhatian penuh, seperti halnya dia juga mempunyai kemampuan untuk menangkap arti bahasa, bentuk mental, emosional serta budaya yang dimiliki dalam bentuk-bentuk bahasa yang berbeda.
Adapun yang dimaksud dengan kompetensi komunikasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan bahasa secara spontan serta adanya perasaan bahasa yang dapat membedakan antara individu dengan fungsi bahasa yang berbeda-beda pada posisi penggunaan bahasa yang sebenarnya.
Menurut Jung Hun Ahn mengenai perbedaan antara kompetensi bahasa dengan kompetensi komunikasi yang dilihat dari berbagai segi, telah dirangkum sebagai berikut:
1.     Dari segi jenis pengetahuan
Bahwa kompetensi bahasa itu mencakup pengetahuan yang diucapkan (Konwledge Tacit) atau dasar tertentu dengan susunan bahasa. Sedangkan kompetensi  komunikasi juga mencakup pengetahuan yang diucapkan atau dasar tertentu mengenai penggunaan bahasa pada posisi interaksi sosial dan berbudaya.
2.     Dari segi kaidah-kaidah hukum
Bahwa kompetensi bahasa dihukumi dengan kaidah-kaidah tertentu, yaitu kaidah-kaidah bahasa, sedangkan kompetensi  komunikasi dihukumi dengan kaidah-kaidah lain yang ada hubungannya dengan beberapa individu dan aturan-aturan sosial serta ketentuan berbudaya.
3.     Dari segi produksi bahasa
Kompetensi bahasa itu memberikan potensi-potensi umum kepada siswa dengan cara memberikan beberapa kalimat yang tidak terbatas jumlahnya, sedangkan kompetensi komunikasi memebrikan potensi umum kepada siswa dalam bentuk gaya bahasa komunikasi yang teratur dan tidak terbatas jumlahnya untuk bersosialisasi.
4.     Dari segi nahwu
Bahwa kompetensi bahasa itu melengkapi ketentuan-ketentuan nahwu (syntax) sejauh mana komitmen kalimat-kalimat dengan aturan gramatikal yang telah ditentukan. Adapun bentuk gramatikal pada sebuah kalimat itu adalah sesuatu yang khusus untuk kemampuan berbahasa, sedangkan kompetensi komunikasi itu khususnya sejauhmana kesesuaian kalimat-kalimat untuk konteks-konteks tertentu, disamping pada proses sosialisasi berlaku kompetensi komunikasi yang tidak hanya menggunakan struktur nahwu untuk pembentukan kalimat saja.
5.     Dari segi pemerolehan bahasa
Berdasarkan pemerolehan bahasa, kompetensi bahasa itu berasal dari faktor genetik bawaan, sedangkan kompetensi komunikasi adalah berasal dari faktor-faktor budaya yang dihadapi oleh individu selama pembelajaran.
6.     Dari segi performance (kinerja)
Kompetensi bahasa tidak dicerminkan dengan kinerja bahasa (Linguistic Performance) karena kinerja bahasa itu dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mendorong batas-batas bahasa termasuk pada segi kompetensi komunikasi. Seperti yang kita temukan bahwa kompetensi komunikasi itu tidak dicerminkan dengan kinerja komunikasi (Communicative Performance), karena kinerja komunikasi juga berpengaruh pada faktor-faktor yang mendorong ketentuan-ketentuan komunikasi itu sendiri, seperti halnya kekhawatiran.
7.     Dari segi strukturnya
Kompetensi bahasa itu terbentuk dari struktur permukaan dan struktur yang mendalam dengan disamping pada aturan-aturan produksi (Transformational). Sedangkan dalam kompetensi komunikasi yakni sulitnya berbicara tentang dua struktur dalam kompetensi komunikasi yang sekiranya tidak memutuskan pembelajaran seperti yang sekarang ini terjadi.
“Konsep dan Prosedur”
Seperti yang telah kita lihat, bahwa komunikasi membutuhkan pada dua syarat supaya lebih sempurna. Adapun syarat-syarat itu adalah:
1.     Ketepatan bahasa,
2.     Ketepatan sosial,
Meskipun banyak yang bersepakat mengenai dua syarat untuk menyempurnakan komunikasi bahasa, tetapi pada dasarnya pendekatan komunikasi dalam pembelajaran bahasa itu benar-benar berbeda dari sisi pandangannya. Apa yang dimaksud dengan komunikasi ketika kita berbicara mengenai pembelajaran bahasa pada segi pendekatan komunikasi?
Melalui survey terhadap sejumlah besar ahli yang telah menulis mengenai pembelajaran bahasa asing yang menyelesaikan sejumlah persepsi yang berbeda-beda dalam memahami pembelajaran bahasa komunikasi, seperti yang telah diringkas di bawah ini:
1.     Menurut pandangan sebagian ahli, bahwa pembelajaran bahasa komunikasi yaitu menjadikan kompetensi komunikasi sebagai satu-satunya tujuan utama dalam pembelajaran bahasa.
2.     Sebagian ahli lagi berpendapat bahwa pembelajaran bahasa komunikasi yaitu mengatur tindakan-tindakan yang tepat untuk pembelajaran mengenai empat ketrampilan bahasa tersebut (istima, kalam, qiro’ah dan kitabah), dalam mengingat hubungan yang erat antara bahasa dan komunikasi.
3.     Sebagian ahli lagi juga berpendapat, bahwa pembelajaran bahasa komunikasi adalah sesuatu yang lebih dari pengajaran fungsi-fungsi bahasa (Language Functions), itu merupakan salah satu navigator dasar bagi pembelajaran bahasa komunikasi yang mencermati pentingnya mengatur bentuk-bentuk fungsional, struktural atau aspek struktur (Structural Aspects).
4.     Sebagian ahli juga berpandapat, bahwa pembelajaran bahasa komunikasi yakni prosedur-prosedur yang mana para peserta didik dalam berkelaompok (2 atau lebih) dengan menerapkan dasar-dasar bahasa yang ada dalam melaksanakan kinerja yang dibebankan kepada mereka.
5.     Menurut sebagian ahli lagi, bahwa pembelajaran bahasa komunikasi adalah para peserta didik terlibat dalam percakapan lisan yang saling berinteraksi dengan pihak-pihak yang sedak bercakap-cakap. Contohnya persepsi yang diberikan saat bercakap-cakap atau berkomunikasi langsung yang menekankan pada bentuk-bentuk gaya bahasa yang berbeda dengan bahasa asing.
6.     Menurut bsebagian ahli lagi, bahwa pembelajaran bahasa komunikasi itu tercermin dalam penerapannya pada pendekatan ide-ide dan fungsi-fungsi (nations and functions) sebagai ganti pendekatan struktur atau susunan (structural syllabus).
7.     Menurut sebagian ahli lagi, bahwa pembelajaran bahasa komunikasi itu tercermin dalam penerapannya pada kebutuhan-kebutuhan individu dan kelompok orang banyak yang menerapkan pilihan komitmen bahasa yang umum.
8.     Menurut sebagian ahli lagi, bahwa pembelajaran bahasa komunikasi itu adalah penggunaan materi asli yang nyata (Authentic Materials) sebagai ganti dari materi buatan yang tidak nyata (Non Authentic).
9.     Yang selanjutnya, bahwa pembelajaran bahasa komunikasi selengkapnya mengenai dasar-dasar proses, atau prosedur-prosedur komunikasi dengan bahasa sebagai pengganti hasil komunikasi pembelajaran (product).
10.  Dan yang terakhir, bahwa pembelajaran bahasa komunikasi tercermin pada keinginan dalam menjadikan bahasa yang didukung pada komunikasi yang alamiah dan asli. Yang penerapannya lebih banyak pada keikutsertaan dalam kegiatan yang diarahkan pada arahan yang mendidik dan dibuat khusus untuk hal itu.

Berbeda dengan Howatt ketika meninjau tentang sejarah pendekatan komunikasi antara dua bentuk dari beberapa bentuk pembelajaran bahasa komunikasi, yaitu:
Bentuk pertama adalah versi yang lemah (week version), maksudnya adalah memberikan para siswa dengan peluang yang mampu dari segi penggunaan bahasa untuk tujuan komunikasi dan membawa percakapan sempurna pada peluang ini dalam program-program tersebut. Proses pada bentuk ini adalah pembelajaran bahasa untuk penggunaanya (learning to use english).
Bentuk kedua adalah versi yang kuat (Strong version), maksudnya adalah pembelajaran bahasa itu sendiri akan memperoleh komunikasi yang hakiki, yang merupakan rangsangan-rangsangan potensi aturan bahasa yang dimiliki individu, yang berbeda dengan versi yang lemah yang akan menjadikan penggunaan bahasa untuk belajar (using english to learn it).













Strategi pengajaran kemahiran komunikasi
Kemahiran berbahasa meliputi kemahiran mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Kemahiran berbahasa ini merupakan pokok dari penguasaan bahasa. Penguasaan kesemua kemahiran ini amat penting dalam proses pengajaran dan pembelajaran supaya berjalan dengan lancar dan berkesan. Kemahiran bahasa yang berhubungan dengan lisan melibatkan dua komponen asas, yaitu mendengar dan bertutur, sedangkan kemahiran membaca dan menulis merupakan kemahiran bukan lisan.
Dan berikut ini kita akan membahasa lebih lanjut tentang empat kemahiran dasar tersebut, diantaranya:

a.      Istima’
Istima’ adalah proses menerima sekumpulan fitur bunyi yang terkandung dalam kosa kata, atau kalimat yang memiliki makna terkait dengan kata sebelumnya, dalam sebuah topik tertentu. Istima’ meskipun dikalangan tertentu hanya dibatasi sebatas ‘dengar’ (hearing). Akan lebih tepat, kalau istima’ lebih diarahkan pada ‘menyimak’ (auding) dengan tidak lepas konteks. Ketrampilan mendengar terdiri dari beberapa tingkatan, yaitu:
1.     Mendengar bunyi-bunyi tanpa membekas dalam pikiran
2.     Mendengar setengah-setengah
3.     Mendengar dengan mulai merangkai ide
4.     Menyimak untuk menentukan ide pokok dan ide pendukungnya
5.     Menyimak untuk disikapi atau dikritisi
6.     Menyimak sampai hanyut dalam perasaan
Dalam pembelajaran istima’ dapat diselenggarakan melalui beberapa langkah, sebagai berikut:
1.     Pendahuluan
2.     Penyampaian materi
3.     Memperbanyak peserta didik dengan pajangan linguistik yang dapat dilihat untuk membantu proses memahami istima’
4.     Memberikan waktu untuk diskusi mengenai materi yang diberikan siswa
5.     Menugaskan pada sebagian peserta untuk menyimpulkan apa yang telah dibicarakan
6.     Menilai bahasa peserta didik dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan materi
b.     Kalam
Kalam merupakan ketrampilan dasar yang menjadi bagian penting dalam pembelajaran bahasa kedua. Ketrampilan ini tergolong sebagai maharat istintajiyyah (productive skill). Sebab ia menuntut adanya peran aktif peserta, agar dapat berkomunikasi langsung dengan lisan dengan pihak atau komunitas yang lain. Aspek ketrampilan ini malah seakan paling dominan dari ketrampilan-ketrampilan bahasa yang lain setelah istima’.
Beberapa prinsip dasar dalam pembelajaran kalam sesuai tingkat pembelajar, yaitu:
1.     Tingkat dasar (mubtadi’)
Guru dapat melempar pertanyaan yang kemudian wajib dijawab oleh para siswa. Disela-sela jawaban itu, para peserta dapat belajar bagaiman mengucapkan kata-kata, menyusun kalimat dan menyampaikan pikiran dengan baik.
2.     Tingkat menengah (mutawassith)
Pada tingkat ini, guru dapat mengembangkan pengkondisian belajar. Misalnya dengan menggunakan tehnik berperan , bercerita tentang kejadian yang dialami siswa, mengungkapkan kembali apa yang telah mereka dengar di radio, televisi dan lain-lain.
3.     Tingkat lanjut (mtaqoddim)
Pada tahap ini guru dapat meminta peserta didik untuk menceritakan hal-hal yang paling disukai atau dibenci berikut alasanya. Sebab ini lebih sulit dari sekedar bercerita. Di dalamnya ada unsur analitik dan penilaian, jadi peserta didik benar-benar diarahkan pada latihan agar dapat mengungkapkan apa yang menjadi beban pikirannya.
Ketrampilan berbicara dianggap sebagai ketrampilan yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa asing, karena berbicara merupakan sesuatu yang aplikatif dalam bahasa dan merupakan tujuan awal dari seseorang yang belajar tentang sesuatu bahasa.
c.      Qiro’ah
Membaca (qira’ah) merupakan ketrampilan menangkap makna dalam simbol-simbol bunyi tertulis yang terorganisir menurut sistem tertentu. Alat indera penglihatan atau mata sangat memiliki peran penting dalam proses tersebut. Namun qira’ah (membaca) bukanlah sekedar proses kerja dari indera mata dan alat ujar saja. Tetapi ia merupakan aktifitas ‘aqliyyah meliputi pola pikir, menganalisis, menilai, problem solving dan sebagainya.
Beberapa langkah yang dapat dipertimbangakan dalam pembelajaran qiro’ah, diantaranya:
1.     Guru membaca sekelompok kata disertai penjelasan artinya (dengan contoh, gambar, isyarat, gerak wajah dan lain-lain).
2.     Guru meminta peserta didik membuka buku dan membacanya lagi di depan siswa, diikuti mereka secara teliti.
3.     Secara bersama-sama peserta didik mengulang-ulang, lalu guru membagi kelas dua atau tiga bagian dan meminta mereka mengikuti secara bergantian. Setelah itu guru dapat meminta salah satu peserta didik untuk mengulang.
4.     Ketika peserta didik sedikit banyak tahu kosa kata atau struktur kalimat yang lain, penyampaian teks dihentikan, lalu peserta didik membaca dalam hati dalam waktu secukupnya.
5.     Setelah selesei guru meminta peserta didik untuk melihat ke arahnya dengan membiarkan bukunya terbuka.
6.     Seorang guru tidak diperbolehkan menambah waktu bagi peserta didik yang terlambat atau belum selesei membaca.
7.     Pertanyaan diberikan secara urut, sedangkan buku tetap terbuka, karena kita tidak mengevaluasi ingatan mereka.
8.     Guru meminta peserta didik untuk menyampaikan ide pokok bacaan untuk mengetahui berbagai makna pendukung yang muncul dalam teks.
9.     Pertanyaan-pertanyaan harus diarahkan pada jawaban singkat yang memenuhi makna tanpa mengharuskan peserta didik menjawab dengan jawaban yang distandarkan.
10.  Jika peserta didik tidak mampu menjawab, pertanyaan dapat dilemparkan pada peserta didik lainnya.
11.  Bila perhatian peserta didik sudah mulai melemah, pertanyaan-pertanyaan harus mulai dihentikan.
12.  Peserta didik membaca kembali teks secara menyeluruh dengan diam untuk memperoleh pemahaman yang utuh.
13.  Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membuat pertanyaan agar dapat dijawab oleh siswa peserta didik lainnya.
d.     Kitabah
Kitabah atau menulis merupakan ketrampilan berbahasa yang rumit, karenanya ketrampilan ini harus diurutkan setelah periode pelajaran yang menekankan pada bunyi. Kitabah sering dipahami hanya sebatas mengcopy dan mengeja, namun kitabah sebenarnya juga mencakup beragam proses kognitif untuk mengungkap apa yang diinginkan seseorang. dengan demikian, ketrampilan ini merupakan latihan mengatur ide-ide dan pengetahuan lalu menyampaikan dalam bentuk simbol-simbol huruf. Akan tetapi, bagaimana pelajaran kitabah itu sebenarnya adalah tergantung pada bagaimana pula situasi dan kondisi belajar atau peserta didiknya. Ada empat hal pokok dalam pelaksanaan pembelajaran menulis:
1.     Menulis huruf arab
2.     Menulis kata-kata dengan huruf-huruf yang benar
3.     Menyusun susunan kalimat berbahasa arab yang dapat dipahami
4.     Menggunakan susunan kalimat dalam bahasa arab tersebut dalam beberapa alenia, sehingga mampu mengungkapkan inti pesan dari penulis.
Aktifitas menulis terbagi menjadi tiga hal, yaitu:
1.     Dikte (Al-imla’)
2.     Menulis indah (Khot)
3.     Mengarang (Insya’)

e.      Qowa’id
Telah dijelaskan di pengertian-pengertian sebelumnya bahasa bukanlah hanya sekedar kumpulan suara, huruf, mufrodat, susunan kata, dan kalimat, tetapi bahasa juga memiliki aturan. Aturan –aturan bahasa itu terdiri dari aturan bahasa yang menghukumi bahasa tersebut secara jelas, pengertian dari aturan bahasa (qowa’id) tersebut lebih luas dari pengertian nahwu.

Pembelajaran qowa’id ada dua cara:
1.     Al-Qiyasiyyat
Cara mengajar dengan pendekatan ini diawali dengan guru menyebutkan kaidah yang ingin diajarkan, lalu menguraikan dengan memberikan contoh-contoh. Cara seperti ini lebih dianjurkan pada siswa  ditingkat mutawashshith dan mutaqoddim.
2.     Al-Istiqriiyyat
Pada pembelajaran qowa’id dengan pendekatan ini, guru justru memulai pelajaran dengan menampilkan contoh-contoh pola kalimat terlebih dahulu. Lalu guru memberikan penjelasan dengan pengambilan kesimpulan kaidah yang terdapat dalam contoh-contoh tersebut. Cara ini lebih baik untuk diberikan pada siswa tingkat ibtida’i.